Foto Saya
Nama:
Lokasi: Cengkareng, DKI Jakarta, Indonesia

Hadapi dengan senyuman Semua yang terjadi biarlah terjadi Hadapi dengan tenang Semua akan baik-baik saja. Bila ketetapan Tuhan sudah ditetapkan tetaplah sudah Tak ada yang bisa merubah dan tak akan pernah bisa berubah. Rela kanlah saja ini bahwa semua yang terbaik Terbaik untuk kita. Mengalahlah untuk menang.

Jumat, 23 Mei 2008

Sesungguhnya Amarah itu sifat Syeitan

Hari ini kondisi saya kurang stabil baik dari segi fisik yang lelah, jumlah progesteron yang naik sehingga lebih sensi dan saya berada dalam sebuah keadaan yang sangat tidak nyaman. Dan ketika saya merasakan emosi marah, saya semakin menyadari bahwa emosi marah merupakan energi negatif namun bisa dirubah menjadi energi positif bila kita berusaha mengubahnya. Tentu saja, hal itu sangatlah tidak mudah. Saya selalu ingat dengan perkataan Sahabat saya dengan maksud, ”ketika emosi itu artinya kita bereaksi berlebihan. Kita mau menuruti kemarahan itu dengan pusing diri sendiri atau menyikapinya dengan tenang itu terserah kita.” Dan menurut saya, alangkah lebih baiknya bila kita mengetahui bagaimana mengatur hati untuk mengurangi kemarahan itu. Saya sadar, saya belumlah menjadi orang yang tak pernah marah dan bukan berarti saya selalu berhasil menghindari kemarahan. Namun dengan tulisan ini saya ingin mengingatkan diri saya sendiri dan mungkin menjadi selarik perenungan bila sekiranya ada yang bisa direnungkan.

Allah SWT berfirman, "Dan janganlah engkau berduka cita karena perkataan mereka. Sesungguhnya kekuatan itu bagi Allah semuanya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Yunus [10] : 65)

Dari Abu Hurairah, bahwasanya seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah saw: "Berilah nasehat kepadaku,” Rasulullah bersabda ”Janganlah kamu marah lalu,” beliau mengulanginya ”Janganlah kamu marah."

Dalam Manajemen Qalbu Oleh Aa Gym menyebutkan bahwa,” Ada orang yang lambat marahnya, lambat redanya dan lama bermusuhannya ini termasuk marah yang jelek. Ada juga orang yang cepat marah cepat juga redanya, ini termasuk marah yang kurang bagus. Ada juga orang yang cepat marah dan lambat redanya ini termasuk marah yang paling jelek. Dan yang paling bagus adalah lambat marahnya cepat redanya. Berbahagialah bagi orang yang punya kesadaran untuk menahan amarahnya, bukan tidak boleh marah tapi tahan sekuat-kuatnya. Kita tidak bisa memaksa orang lain berbuat ramah, sopan kepada kita, makin banyak harapan kita kepada orang makin berpeluang kita sakit hati. Jadi kita tidak bisa memaksa orang lain bersikap seperti yang kita inginkan. Yang harus kita usahakan, kita harus bisa menyikapi orang lain dengan sikap terbaik, apapun yang mereka lakukan.”

Merubah energi emosi menjadi kekuatan yang positif memang sangat tidak mudah dan saya rasa membutuhkan latihan untuk itu. Seperti halnya ketika kita menyikapi masalah dalam hidup. Misal, ketika kita dewasa mungkin pernah terpikir dan bertanya ”Kenapa dulu ketika masih kecil, hanya karena kelereng yang diambil teman kita jadi marah. Padahal itu hanya kelereng.” Mungkin beberapa dari kita mempunyai alibi bahwa ”sifat anak-anak memang begitu.” Nah itu berarti ketika kita kecil, kemampuan diri kita untuk mengubah energi yang muncul belum terlatih dan ketika kita dewasa, kita seringkali menemukan kejadian-kejadian yang seringkali membuat kita lebih bijak, lebih berpikir luas dan berusaha mengoptimalkan energi-energi postif baik itu dari energi positif itu sendiri maupun energi negatif yang muncul.

”Ketika kita marah, bukanlah dilihat dari seberapa besar pemicu kemarahan kita, namun bagaimana kita mengolah dan mengembangkan potensi diri untuk memanfaatkan energi negatif tersebut.” (c-ya)

Emosi itu berbagai macam bentuknya, seperti luapan kebahagiaan, kecewa, benci, rindu, cemburu, marah dsb. Namun, istilah emosi tersebut seringkali diidentikkan dengan perasaan marah. Dulu, reaksi kita ketika marah mungkin pernah di ekespersikan dengan membanting sesuatu, memaki, memancing orang disekitar agar mereka tahu bahwa dia marah baik itu dengan sikap atau ucapan yang terlontar. Kita beranggapan bahwa dengan melakukan hal-hal seperti itu kita akan merasa puas menuruti hawa nafsu sebagai pelampiasan kemarahan. Padahal, disaat yang sama setan berpestapora untuk kekalahan kita dan setelah hal-hal negatif itu kita lakukan, kita akan rugi baik itu dari materi yang telah kita banting, reaksi orang yang menjadi korban kemarahan kita dan hilangnya satu kesempatan yang membuat diri kita lolos dari sebuah ujianNya.

Dalam sebuah Hadist, Allah SWT telah memerintahkan seorang Malaikat menemui Iblis supaya dia menghadap Rasulullah Saw untuk memberitahu segala rahasianya, baik yang disukai maupun yang dibencinya. Hikmatnya ialah untuk meninggikan derajat Nabi Muhammad SAW dan juga sebagai peringatan dan perisai kepada umat manusia. Maka Malaikat itu pun berjumpa Iblis dan berkata, "Hai Iblis! Bahwa Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar memberi perintah untuk menghadap Rasullullah Saw. Hendaklah engkau buka segala rahasiamu dan apapun yang ditanya Rasulullah hendaklah engkau jawab dengan sebenar-benarnya. Jikalau engkau berdusta walau satu perkataan pun, niscaya akan terputus semua anggota badanmu, uratmu, serta disiksa dengan azab yang amat keras." Mendengar ucapan Malaikat yang dahsyat itu, Iblis sangat ketakutan. Maka segeralah dia menghadap Rasulullah Saw. Dalam 20 pertanyaan tersebut, Rasulullah Saw bertanya dengan maksud "Dengan jalan apa umatku dapat menolak tipu daya engkau?" Kemudian Iblis menjawab: "Jika dia berbuat dosa, maka dia kembali bertaubat kepada Allah, menangis menyesal akan perbuatannya. Apabila marah segeralah mengambil air wudhu', maka padamlah marahnya."

Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi. (Al Mujaadilah 19)

Selain hal-hal yang saya sebutkan diatas, mungkin kita juga pernah menyikapinya dengan lebih baik seperti istighfar, berwudhu, diam, tilawah, curhat pada Tuhan, menjauh dari kondisi yang tidak nyaman tersebut, berdebat dengan hati, berusaha mengalihkan perhatian pikiran dengan berbuat sesuatu atau memikirkan hal-hal yang sekiranya dapat menyurutkan emosi atau menyendiri untuk menenangkan diri.

Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar Ra'd 28)

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuata n) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al 'Ankabuut45)

Rasulullah Saw. bersabda, "Muslim yang terbaik adalah muslim yang muslim lainnya selamat/merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya." (HR. Bukhari)

Rasulullah bersabda:"Siapa yang beriman Kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam." ( Hadist riwayat Bukhari dan Muslim )

Energi yang negatif menjadi positif dapat kita lihat pada seorang pelari yang telah mendengar rekannya diejek lawannya. Tanpa dia sadari dia mengubah kemarahannya menjadi energi positif, yakni SEMANGAT YANG LEBIH untuk memenangkan pertandingan itu. Atau juga tentang seseorang yang kecewa karena seseorang yang dicintainya menikah dengan orang lain, tanpa dia sadari dia mengubah energi yang negatif menjadi luapan hati yang begitu indah. Bahkan, karyanya tetap terkenang meski raganya tertimbun tanah. Bila anda menyukai puisi, saya rasa anda tahu dengan Kahlil Gibran. Ingin mendengar kisah yang lain? bila hari ini saya tidak merasakan emosi yang berlebihan, mungkin tulisan ini tak akan ada.

"Ya Allah anugerahilah kepada kami dua buah mata yang menangis kerana takut kepada-Mu, sebelum tidak ditemunya air mata."

Semoga Allah mengampuni saya jika karena pengetahuan saya yang kurang luas sehingga saya berbuat dan berbicara salah.

Wallahu a’lam bishshawwab
Wassalamualaikum wr wb

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda