Foto Saya
Nama:
Lokasi: Cengkareng, DKI Jakarta, Indonesia

Hadapi dengan senyuman Semua yang terjadi biarlah terjadi Hadapi dengan tenang Semua akan baik-baik saja. Bila ketetapan Tuhan sudah ditetapkan tetaplah sudah Tak ada yang bisa merubah dan tak akan pernah bisa berubah. Rela kanlah saja ini bahwa semua yang terbaik Terbaik untuk kita. Mengalahlah untuk menang.

Minggu, 08 Juni 2008

7 Kebahagiaan di Dunia

Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.

Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona'ah),
sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah
nikmat
bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur
sangatlah
cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan
Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah.

Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu :
"Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari
kita".
Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal
ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang
lebih
besar lagi. Bila ia tetap "bandel" dengan terus bersyukur maka Allah
akan
mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi.

Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!

Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.

Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga
yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam
keluarga)
akan diminta mertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada
kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami
yang
sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya
menjadi muslim yang sholeh.

Demikian pula seorang istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan
keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya,walau seberapa
buruknya
kelakuan suaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang
memiliki
seorang istri yang sholeh.

Ketiga, al auladun abrar, yaitu anak yang soleh.

Saat Rasulullah SAW lagi thawaf. Rasulullah SAW bertemu dengan seorang
anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah
SAW bertanya kepada anak muda itu : "Kenapa pundakmu itu ?" Jawab anak
muda itu: "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu
yang
sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan
dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat,
atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya" .
Lalu anak muda itu bertanya: " Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk
kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua ?"

Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: "Sungguh Allah
ridho
kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku
ketahuilah,cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu". Dari hadist
tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak
cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal
kita
bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang
sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita
bila memiliki anak yang sholeh.

Keempat, albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman
kita.

Yang dimaksud dengan lingkungan yang kondusif ialah, kita boleh
mengenal
siapapun tetapi untuk menjadikannya sebagai sahabat karib kita,
haruslah
orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam
sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul
dengan
orang-orang yang sholeh. Orang-orang yang sholeh akan selalu mengajak
kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah.

Orang-orang sholeh adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman
dan
nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah
cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya.
Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang
sholeh.

Kelima, al malul halal, atau harta yang halal.

Paradigma dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya harta tetapi
halalnya. Ini tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya.

Dalam riwayat Imam Muslim di dalam bab sadaqoh, Rasulullah SAW pernah
bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. "Kamu
berdoa
sudah bagus", kata Nabi SAW, "Namun sayang makanan, minuman dan pakaian
dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya
dikabulkan".
Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat
mudah
dikabulkan Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari
hatinya,maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi
ketenangan
dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan
teliti
menjaga kehalalan hartanya.

Keenam, Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.

Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu
agama
Islam. Semakin ia belajar, maka semakin ia terangsang untuk belajar
lebih
jauh lagi ilmu mengenai sifat-sifat Allah dan ciptaan-Nya.

Allah menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin ia
belajar semakin cinta ia kepada agamanya, semakin tinggi cintanya
kepada
Allah dan rasul-Nya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi
hatinya.

Semangat memahami agama akan meng "hidup" kan hatinya, hati yang
"hidup"
adalah hati yang selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan nikmat iman.
Maka
berbahagialah orang yang penuh semangat memahami ilmu agama Islam.

Ketujuh, yaitu umur yang baroqah.

Umur yang baroqah itu artinya umur yang semakin tua semakin sholeh,
yang
setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Seseorang yang mengisi
hidupnya
untuk kebahagiaan dunia semata, maka hari tuanya akan diisi dengan
banyak
bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, iapun cenderung
kecewa
dengan ketuaannya (post-power syndrome). Disamping itu pikirannya
terfokus
pada bagaimana caranya menikmati sisa hidupnya, maka iapun sibuk
berangan-angan terhadap kenikmatan dunia yang belum ia sempat rasakan,
hatinya kecewa bila ia tidak mampu menikmati kenikmatan yang
diangankannya.

Sedangkan orang yang mengisi umurnya dengan banyak mempersiapkan diri
untuk akhirat (melalui amal ibadah) maka semakin tua semakin rindu ia
untuk bertemu dengan Sang Penciptanya. Hari tuanya diisi dengan
bermesraan
dengan
Sang Maha Pengasih. Tidak ada rasa takutnya untuk meninggalkan dunia
ini,bahkan ia penuh harap untuk segera merasakan keindahan alam
kehidupan
berikutnya seperti yang dijanjikan Allah. Inilah semangat "hidup"
orang-orang yang baroqah umurnya, maka berbahagialah orang-orang yang
umurnya baroqah.

Demikianlah pesan-pesan dari Ibnu Abbas ra. mengenai 7 indikator
kebahagiaan dunia.

Bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikator
kebahagiaan dunia tersebut ? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki
diri,maka mohonlah kepada Allah SWT dengan sesering dan se-khusyu'
mungkin
membaca doa `sapu jagat' , yaitu doa yang paling sering dibaca oleh
Rasulullah SAW. Dimana baris pertama doa tersebut "Rabbanaa aatina fid
dun-yaa hasanah" (yang artinya "Ya Allah karuniakanlah aku kebahagiaan
dunia"), mempunyai makna bahwa kita sedang meminta kepada Allah ke
tujuh
indikator kebahagiaan dunia yang disebutkan Ibnu Abbas ra, yaitu hati
yang
selalu syukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, teman-teman
atau lingkungan yang soleh, harta yang halal, semangat untuk memahami
ajaran agama, dan umur yang baroqah.

Walaupun kita akui sulit mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalam
genggaman kita, setidak-tidaknya kalau kita mendapat sebagian saja
sudah
patut kita syukuri.

Sedangkan mengenai kelanjutan doa sapu jagat tersebut yaitu "wa fil
aakhirati hasanah" (yang artinya "dan juga kebahagiaan akhirat"), untuk
memperolehnya hanyalah dengan rahmat Allah. Kebahagiaan akhirat itu
bukan
surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Surga itu hanyalah
sebagian
kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh
kita,tetapi karena rahmat Allah.

Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari
puasa
dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga.
Amal
soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah
sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah.

Kata Nabi SAW, "Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan
kalian ke surga". Lalu para sahabat bertanya: "Bagaimana dengan Engkau
ya
Rasulullah ?". Jawab Rasulullah SAW : "Amal soleh saya pun juga tidak
cukup". Lalu para sahabat kembali bertanya : "Kalau begitu dengan apa
kita
masuk surga?". Nabi SAW kembali menjawab : "Kita dapat masuk surga
hanya
karena rahmat dan kebaikan Allah semata".

Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya
bukan
untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah
itulah kita mendapatkan surga Allah (Insya Allah, Amiin).

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda