Foto Saya
Nama:
Lokasi: Cengkareng, DKI Jakarta, Indonesia

Hadapi dengan senyuman Semua yang terjadi biarlah terjadi Hadapi dengan tenang Semua akan baik-baik saja. Bila ketetapan Tuhan sudah ditetapkan tetaplah sudah Tak ada yang bisa merubah dan tak akan pernah bisa berubah. Rela kanlah saja ini bahwa semua yang terbaik Terbaik untuk kita. Mengalahlah untuk menang.

Kamis, 08 Mei 2008

Hari Pertanggung jawaban

Pada Hari Pembalasan tidak ada lagi hubungan keluarga; tak ada saudara, tak ada ibu, tak ada ayah. Setiap orang akan melepaskan diri dari yang lain dan berusaha menyelamatkan diri sendiri. Setiap orang akan berseru, “Bagaimana aku, bagaimana aku! Ya Allah, ampunilah aku! Rahmatilah aku!”

Pada hari itu, mereka yang beramal saleh selama hidup di dunia sekalipun akan menyadari bahwa amal mereka tidak ada artinya dibandingkan kenikmatan dan rahmat yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka selama di dunia. Dengan menyadari hal itu muncullah perasaan cemas bahwa semua amal mereka akan sangat ringan dalam timbangan Allah (al-mîzân) yang akan menerapkan keadilan yang sempurna, al-‘adl. Pada saat itu, tak seorang pun akan aman dari rasa tertekan di Hari Pembalasan, kecuali mereka yang dikaruniai rahmat oleh Allah.

Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Tak seorang pun di antara kalian yang akan masuk surga karena amal semata.” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, engkau pun tidak?” Beliau menjawab, Tidak diriku sekalipun, tetapi Allah akan menyelimutiku dengan kasih dan ampunan-Nya.” Satu-satunya orang yang tidak berseru, “Nafsî, nafsî,” “Diriku, diriku,” pada hari yang membahayakan adalah Nabi Muhammad saw.

Semua umat nabi lainnya akan berlari menuju nabi mereka, tetapi mereka tak bisa berbuat apa-apa. Semua nabi justru akan meminta Nabi Muhammad saw. untuk memberi syafaat kepada mereka dan umatnya. Nabi saw. akan berkata, “Akulah pemberi syafaat (anâ lahâ),” dan Allah akan memberi izin kepada Nabi saw. untuk menggunakan syafaatnya bagi semua umat.

Ibn ‘Abbâs meriwayatkan bahwa beberapa sahabat Nabi muncul dan menunggu beliau. Ketika beliau datang, beliau mendekati mereka dan mendengarkan ucapan mereka, “Hebat sekali, Allah Yang Mahabesar dan Maha Agung telah menjadikan makhluk ciptaan-Nya sebagai sahabat dekat-Nya, yaitu Ibrâhîm.” Yang lainnya berkata, “Tak ada yang lebih hebat daripada kalam-Nya kepada Mûsâ, orang yang Dia ajak berbicara secara langsung!” Lalu yang lainnya berkata, Dan ‘Îsâ adalah kalimat dan ruh-Nya!” Sementara yang lainnya berkata,“Adam adalah nabi pilihan Allah.”

Kemudian Nabi Muhammad salallahu alayhi wasalam muncul dan berkata, “Aku mendengar perkataan kalian, dan semua yang kalian katakan benar,dan aku sendiri adalah kekasih Allah, dan aku katakan ini tanpa sombong sedikit pun, dan aku akan mengusung bendera keagungan pada Hari Pembalasan nanti, dan menjadi orang pertama yang memberi syafaat dan syafaat pertama yang akan diterima Tuhan, dan aku adalah orang pertama yang akan mengitari surga sehingga Allah membukakannya untukku dan aku akan memasukinya bersama dengan orang-orang miskin dari kalangan umatku, dan aku katakan ini tanpa sombong sedikit pun. Aku yang paling mulia dari yang pertama dan yang terakhir, dan aku katakan ini tanpa sombong sedikit pun.”

Salah satu kunci rahmat Allah adalah cinta. Cinta kepada Allah dan Nabi-Nya merupakan salah satu kunci menuju surga. Hadis berikut menjadi bukti. Seorang badui bertanya kepada Nabi saw. tentang saat terjadinya Hari Kiamat. Beliau berkata, “Hari Kiamat pasti akan tiba. Apa yang telah kamu persiapkan untuk menyongsong kedatangannya?” Orang itu berkata, “Ya Rasulullah, aku tidak mempersiapkan diri dengan puasa dan amal saleh yang banyak, tetapi aku mencintai Allah dan Nabi-Nya.”

Nabi saw. bersabda, “Kamu akan beserta mereka yang kamu cintai.” Anas ra mengatakan bahwa ketika mendengar hal itu, orang-orang Islam sangat bersuka cita lebih dari sebelumnya. Anas berkata, “Oleh karena itulah, aku mencintai Nabi, Abû Bakr ra, dan ‘Umar ra, dan aku berharap bahwa aku akan beserta mereka karena kecintaanku kepada mereka, meskipun amalku tidak akan bisa menyamai amal mereka.” Tuhan telah menciptakan beberapa sarana yang bisa membebabkan manusia dari hukuman karena manusia memang diciptakan lemah, rentan terpengaruh setan, nafsu, kesenangan duniawi, dan sifat berbangga. Rahmat Allah begitu luas, dan melaluinya semua orang beriman bisa mendapatkan pertolongan.

Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa ia pernah mendengar Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah telah menciptakan rahmat. Pada hari Dia menciptakannya, Dia membaginya ke dalam seratus bagian. Dia akan menggenggam 99 bagian, dan memberi satu bagian kepada seluruh makhluknya. Sekiranya orang-orang kafir tahu semua rahmat yang dalam genggaman-Nya, mereka tak akan pernah putus asa untuk memasuki surga, dan sekiranya orang-orang beriman tahu semua siksaan dari Allah, mereka tak akan berpikir dapat selamat dari neraka.

” Agar manusia dapat menggapai rahmat-Nya, Allah menurunkan sebuah kalimat yang cukup untuk membersihkan dosa seseorang, sebanyak apa pun dosa yang telah ia perbuat. ‘Utbân ibn Mâlik al-Anshârî, seorang dari suku Banî Sâlim, meriwayatkan bahwa Rasulullah menghampirinya lalu berkata: "Jika seseorang yang dibangkitkan para Hari Kiamat pernah berkata, “Lâ ilâha illâ Allâh,” dengan tulus karena Allah, maka Allah akan mengharamkan api neraka baginya.

Hadis tersebut mengingatkan kita bahwa rahmat Allah berada di luar jangkauan pemahaman manusia. Pada saat yang sama, mereka juga diperingatkan agar tidak terlalu bersandar kepada rahmat Allah, dan mengabaikan batasan-batasan yang telah Allah tetapkan dalam syariat yang suci.

Kami akhiri bab ini dengan menekankan prinsip mendasar dalam Islam: bahwa pada akhirnya hanya rahmat Allah yang amat luas yang akan menyelamatkan manusia pada Hari Pembalasan yang sangat mengerikan itu. Dan perwujudan dari rahmat Allah itu adalah Nabi Muhammad salallahu alayhi wasalam. sendiri, yang digambarkan Allah swt dalam surah al-Anbiyâ’ ayat 107 sebagai “rahmat bagi seluruh alam”. Karena itulah kita sangat mengharapkan syafaat beliau yang merupakan pijakan paling kokoh pada Hari Pembalasan, tidak mengandal kan amal kita semata yang benar-benar sangat jauh dari nilai ketulusan dan kesempurnaan. Hanya berkat rahmat Allah, yang terwujud secara sempurna dalam pribadi Nabi-Nya tercinta, Muhammad saw,kita bisa memperoleh keselamatan dan pembebasan. Mereka takut kepada suatu hari yang di hari itu hati dan penglihatan menjadi guncang. (Q 24:37).


Label:

1 Komentar:

Blogger Magguru mengatakan...

Salam kenal aja:
nurdin_tompo@yahoo.co.id
atau
(021)91389233
Thanks,...
Maccakiga Bicara Ugi?????
See, u:

Nurdin

14 Mei 2008 pukul 02.12  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda